Penyebab Yayasan dan Pengelola Sekolah Tidak Harmonis

Banyak yayasan dan pengelola sekolah dibawah yayasan tersebut tidak harmonis, sehingga sering terjadi priksi, dan saling tidak percaya, yayasan tidak percaya dengan pengelola sekolah, dan begitu sebaliknya pengelola sekolah juga sangat tidak percaya dengan yayasan.


Keadaan tersebut mungkin yang sedang terjadi dalam sekolah atau yayasan tempat anda bekerja saat ini. Terjadinya saling tidak percaya tersebut biasanya berkaitan dengan pengelolaan keuangan.

Banyak sekolah swasta yang pengelolanya tidak percaya dengan Yayasannya sendiri, lantaran ketidakterbukaan pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh yayasan, terutama dalam hal output keuangan yang disetorkan pengelola sekolah, yang lebih sensitif adalah dana BOS misalnya.

Sering terjadi, dan sepertinya sudah menjadi rahasia umum penyalahgunaan keuangan sekolah oleh yayasan, walaupun penulis berpendapat masih banyak juga yayasan yang mengelola keuangannya dengan jujur dan tepat.

Sementara banyak pula Yayasan yang tidak percaya dengan pengelola sekolahnya, mereka takut nanti terjadi kecurangan-kecurangan yang memang sangat mungkin terjadi. Makanya sebisa mungkin banyak yayasan yang membuat sistem pengelolaan seketat mungkin baik dengan kontroling maupun teknologi informasi supaya pengelola keuangan benar-benar tidak bisa melakukan kecurangan-keurangan.

Begitu pula sebaliknya, banyak pengelola sekolah yang menaruh prasangka tidak baik terhadap yayasan, karena ketidaktransparanan output keuangan yang dikelola yayasan. Karena banyak oknum yayasan yang hanya berkepentingan terhadap inputan uang sementara transparansi output dari uang yang mereka ambil dari unit sekolah dibawah yayasannya tidak pernah dipublikasikan ke pengelola sekolah.

Sehingga muncul kecurigaan pula dari pengelola sekolah, muncul priksi dan menebak-nebak kemana larinya uang yang "diambil" oleh yayasan. Sehingga antara pengelola sekolah dan pemilik yayasan menjadi tidak harmonis, karena sama-sama memiliki priksi.

Ada beberapa hal yang disinyalir sebagai penyebab ketidak harmonisan hubungan yayasan dengan pengelola sekolah, yaitu;
  1. Sentralisasi keuangan yang disalahgunakan oleh pemilik yayasan, yang menyebabkan sentralisasi tersebut hanya menjadi alat untuk mengeruk semua inputan keuangan unit sekolah.
  2. Yayasan menuntut transparansi pengelolaan keuangan dari pengelola unit sekolah, sementara yayasan tidak melakukan hal yang sama yaitu transparansi output keuangan yang mereka kelola
  3. Yayasan sering menempatkan orang-orang yang tidak tepat disaat yang tidak tepat pula, misalnya tiba-tiba ada pergantian kepala sekolah dan yang menggantinya adalah anak dari pemilik yayasan, sementara anak yang ditempatkan sebagai kepala sekolah tersebut sebenarnya belum siap dan sebelumnya tidak pernah berkecimpung dalam urusan unit sekolah, sehingga muncul kesenjangan dan mosi tidak percaya dari pengelola sekolah
  4. Banyak yayasan yang terlalu arogan, menganggap guru di unit sekolah adalah karyawan sehingga kedudukan guru selalu diposisi yang lemah
  5. Banyak pula pengelola sekolah yang keenakan dengan otonom keuangan yang sebelumnya dibiarkan oleh yayasan, sehingga arus keuangan tidak tertib peruntukan dan pelaporannya, sementara ketika yayasan sewaktu-waktu merubah sistem menjadi sentralistis para pengelola sekolah menganggapnya sebagai awal ketidakadilan
Point-point diatas terjadi lantaran disebabkan oleh beberapa hal berikut ini;
  1. Pengelolaan yayasan yang tradisional di awal pendiriannya, tidak membuat sebuah sistem yang matang tentang tata kelola, AD RT dan lain sebagainya, sehingga yayasan bergerak apa adanya dan ketika ingin merubahnya menjadi modern akan terjadi hambatan 
  2. Kesengajaan oleh Yayasan, membiarkan unit sekolah berjalan apa adanya yang penting sekolah berjalan, siswa tiap tahun mulai bertambah dan brand sekolah lambat laun mulai dikenal. Yayasan tidak benar-benar ikut andil dalam pengelolaan, dan ketika unit sekolah sudah besar barulah yayasan menempatkan orang-orang pada bagian strategis di unit sekolah. Ini memang bagian dari strategi dan politik, tapi ini tidak baik.
Banyak point-point lainnya, tapi umumnya penyebab ketidak harmonisan antara pengeloal sekolah dengan yayasan adalah point-point diatas.

Lalau, bagaimana cara menjaga agar hubungan pengelola sekolah dan yayasan tetap harmonis?
  • Sebelum mendirikan unit sekolah, sebaiknya pengelola yayasan membuat sistem yang matang terlebih dahulu, sehingga pengelola sekolah sudah tau dari awal dan tentu mereka akan menjalankan sistem tersebut
  • Buat jenjang karir secara profesional, pergantian posisi jabatan di unit sekolah biarkan organik dan yang menempati posisi-posisi strategis di unit sekolah adalah para guru dengan SDM diatas rata-rata, bukan lantaran like dan dislike
  • Jangan menemptkan orang yayasan di posisi strategis unit sekoah secara tiba-tiba, kalau mau menempatkan, biarkan orang yayasan tersebut merintisnya dari awal sama seperti SDM yang lain, atau minimal dititipkan terlebih dahulu di unit sekolah agar orang yang akan di plot pada posisi tertentu merasakan seperti apa mengelola dan yang lebih penting agar orang yang aka diposisikan tersebut membaur terlebih dahulu
  • Butikan uang yang diambil dari unit sekolah tersebut untuk kepentingan strategis yayasan, itu ditunjukan dengan bentuk fisik atau kesejahteraan
  • Utamakan kesejahteraan guru, bikin gajinya normal (minimal UMR) plus tunjangan lainnya yang pantas mereka terima sesuai dedikasinya